
Perubahan Potensi Daerah Resapan Air di Kabupaten Sleman
Studi Kasus: Tahun 2017 dan 2021
Pendahuluan
Latar Belakang

Sumber: Kompas.com
- Kabupaten Sleman memiliki karakteristik geografis yang beragam yang mempengaruhi daerah resapan air.
- Pada tahun 2017 dan 2021, terjadi peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada perubahan penggunaan lahan dari daerah resapan menjadi daerah pemukiman.
- Hal ini dapat mengganggu keseimbangan air dan lingkungan serta meningkatkan risiko kekeringan dan banjir.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan potensi daerah resapan air di Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021 dengan metode Multi Criteria Analysis (MCA).
Adapun tujuan spesifik dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1
Mengidentifikasi persebaran kemampuan potensi infiltrasi alami di Kabupaten Sleman pada tahun 2017 dan 2021
2
Mengidentifikasi persebaran potensi daerah resapan air di Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021
3
Menganalisis perubahan daerah resapan air di Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021.
Apa itu Daerah Resapan Air?
Penentuan Daerah Resapan Air
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 10 Tahun 2022
Penentuan daerah resapan air didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Penyusunan Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai dan Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Metode Multi Criteria Analyisis (MCA): Skoring and Tumpang Susun (Overlay)
Penentuan Daerah memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) metode Multi Criteria Analysis (MCA) dalam hal ini dengan skoring dan tumpang susun (overlay) antara:
- Potensi infiltrasi alami
- Potensi infiltrasi aktual
1) Analisis Spasial Potensi Infiltrasi Alami
Parameter yang mempengaruhi potensi infiltrasi alami:
- Kemiringan Lereng
- Jenis Tanah
- Curah Hujan
- Potensi Air Tanah
Klasifikasi dan skoring setiap parameter potensi infiltrasi alami mengacu pada Permen LHK Nomor 10 Tahun 2022.
2) Analisis Spasial Potensi Infiltrasi Aktual
Penutup lahan dianggap sebagai potensi infiltrasi aktual karena penutup lahan dapat mempengaruhi infiltrasi secara aktual dimana penutup lahan yang memiliki banyak vegetasi mampu berperan secara langsung dalam memperbesar proses infiltrasi.
Klasifikasi Daerah Resapan Air
Kriteria daerah resapan air ditentukan dari overlay infiltrasi alami dan aktual. Kriteria potensi daerah resapan air yaitu:
- Kondisi baik
- Kondisi normal alami
- Kondisi mulai kritis
- Kondisi agak kritis
- Kondisi kritis
- Kondisi sangat kritis
Lokasi Penelitian
Peta lokasi penelitian
Kabupaten Sleman dipilih sebagai lokasi penelitian karena:
- Sebagian besar wilayahnya di Gunung Api Merapi yang menjadikannya memiliki tanah subur yang berperan dalam siklus hidrologi.
- Memiliki kelerengan di bagian utara relatif curam dan semakin ke selatan relatif datar, menyebabkan air hujan cenderung mengalir ke daerah yang lebih rendah dan mengisi akuifer, kemudian dapat digunakan sebagai daerah resapan air yang alami.
Metode Penelitian
Bahan Penelitian
- DEMNAS (Model Elevasi Digital Nasional) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Data jenis tanah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Data curah hujan Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021 di tiga pos hujan yaitu Pos Hujan Kalasan, Seyegan, dan Geofisika
- Citra Landsat 8 path 120 row 65 tahun 2017 dan 2021
Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian
Analisis Potensi Infiltrasi Alami
Analisis spasial potensi infiltrasi alami dilakukan dengan cara pemberian skor dan tumpang susun (overlay) metode intersect antara parameter peta curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, dan potensi air tanah.
Peta potensi infiltrasi alami tahun 2017 (kiri) dan 2021 (kanan)
Kelas Potensi Infiltrasi Alami | Luas Tahun 2017 (Ha) | Luas Tahun 2021 (Ha) | Lokasi Kecamatan |
---|---|---|---|
Besar | 41325,08 | 39817,28 | Pakem, Turi, Cangkringan, Tempel, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Klasan, Mlati, Depok |
Sedang | 41325,08 | 15349,20 | Minggir, Moyudan, dan Prambanan |
Kecil | 1070,55 | 2150,43 | Minggir, Moyudan, Godean, dan Seyegan |
Sangat Kecil | 7,24 | 12,52 | Moyudan |
Analisis klasifikasi potensi infiltrasi alami
Analisis Potensi Infiltrasi Aktual
Penutup lahan menggambarkan kondisi aktual yang mempengaruhi kemampuan daerah dalam menyerap air, karena merupakan faktor yang menentukan tingkat infiltrasi.
Analisis spasial potensi infiltrasi aktual dilakukan dengan mengklasifikasikan penutup lahan tahun 2017 dan 2021.
- Klasifikasi penutupan lahan diolah dari data citra satelit Landsat 8 tahun 2017 dan 2021.
- Penutup lahan dibuat menggunakan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) dengan algoritma maximum likelihood.
Penutup lahan Kabupaten Sleman tahun 2017 (kiri) dan 2021 (kanan)
Analisis Perubahan Daerah Resapan Air
Daerah resapan air dibuat dengan skoring dan overlay potensi infiltrasi alami dan infiltrasi aktual. Hasil peta daerah resapan air tahun 2017 dan 2021 disajikan dibawah ini.
Daerah resapan air tahun 2017 (kiri) dan 2021 (kanan)
Analisis perubahan kondisi daerah resapan air dilakukan untuk memahami dinamika dan perkembangan kondisi resapan air di Kabupaten Sleman dari waktu ke waktu, disajikan pada dashboard berikut.
Dashboard Perubahan Daerah Resapan Air
Kesimpulan
Potensi infiltrasi alami "Besar" mendominasi di Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021
Kelas infiltrasi alami besar mendominasi dengan persentase 72,27% pada tahun 2017 dan 69,45% pada tahun 2021.
Daerah resapan air di Kabupaten Sleman tahun 2017 dan 2021 didominasi oleh kondisi "Kritis"
Kondisi kritis mendominasi dengan luas masing-masing 26917,75 Ha dan 1686,22 Ha yang tersebar di Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Ngaglik, Depok, Mlati, dan sekitarnya.
Luas potensi daerah resapan air tahun 2017 dan 2021 terjadi perubahan signifikan
Terjadi peningkatan luas pada kondisi resapan air baik dan normal alami masing-masing sebesar 399,73 Ha (0,67%) dan 117,18 Ha (0,18%). Terjadi penurunan yang sangat signifikan pada kondisi resapan air mulai kritis sebesar 2135,20 Ha (3,75%). Kondisi resapan air agak kritis terjadi peningkatan yang tidak signifikan yaitu sebesar 80,66 Ha (0,09%). Kondisi resapan air kritis terjadi peningkatan terbesar yaitu sebesar 1686,22 Ha (2,82%).