Desa Kendal Abadi
Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan
Desa Kendal merupakan salah satu desa di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Desa Kendal terdiri atas empat dusun, yakni Dusun Krajan, Dusun Gunungsemut, Dusun Ngaritan, dan Dusun Padangan.

Wilayah Desa Kendal

Selamat Datang Desa Kendal
Sejarah Nama Desa Kendal
Di balik penamaan Desa Kendal, tersimpan kisah menarik yang berakar dari sejarah perjalanan seorang punggawa Kerajaan Majapahit bernama Kyai Mojo. Beliau diutus oleh Prabu Brawijaya untuk mencari putra-putri raja yang melarikan diri dari istana. Dalam perjalanannya, Kyai Mojo sempat singgah di sebuah hutan bernama Alas Kobong dan meninggalkan kudanya di sana. Namun, saat kembali untuk mengambil tunggangannya, ia hanya menemukan tali kekang yang tersisa. Sebagai bentuk penghormatan kepada penduduk setempat yang telah membantunya, Kyai Mojo menyerahkan tali kekang tersebut kepada salah seorang warga, sembari berpesan bahwa kelak benda itu akan membawa manfaat bagi dusun ini. Sejak saat itu, daerah tempat persinggahan Kyai Mojo dikenal dengan nama Desa Kendal, yang berasal dari kata "kendali" atau tali kekang kuda. Nama ini tidak hanya menjadi pengingat akan peristiwa bersejarah tersebut, tetapi juga mengandung harapan agar desa ini dapat menjadi contoh dan pemimpin bagi daerah sekitarnya.
Pembagian Administratif Desa Kendal
Desa Kendal dipimpin oleh Bapak Bambang Widodo selaku Kepala Desa dan memiliki luas 404,10 Ha atau sekitar 4,041 Km2 yang terbagi menjadi 4 Dusun Yaitu Krajan, Gunung Semut, Ngaritan serta Padangan yang terbagi lagi menjadi 8 Rukun Warga ( RW ) dengan 14 Rukun Tetangga ( RT ). Dusun Ngaritan adalah dusun terbesar dengan luas 166,94 Ha sedangkan Dusun Padangan menjadi dusun terkecil dengan luas 47,02 Ha
Dusun Dusun Di Desa Kendal
Dusun Krajan
Pintu Masuk Desa Kendal Dari Dusun Krajan
Dusun Krajan memiliki kisah sejarah yang erat kaitannya dengan perjalanan terakhir Kyai Mojo, seorang punggawa Kerajaan Majapahit yang diutus oleh Prabu Brawijaya untuk mencari pangeran dan putri kerajaan yang melarikan diri. Setelah menempuh perjalanan panjang tanpa hasil, Kyai Mojo akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pencariannya. Sebagai tanda penghormatan, ia menyerahkan tali kekang kudanya yang tertinggal kepada seorang sesepuh kampung. Untuk mengenang peristiwa tersebut, wilayah yang terletak di sebelah timur Alas Kobong itu diberi nama Dusun Krajan, yang berarti "tempat paling utama." Dusun ini menjadi saksi bisu perpisahan seorang punggawa kerajaan yang setia menjalankan tugasnya hingga akhir, meninggalkan jejak sejarah yang tetap hidup dalam ingatan masyarakat.
Saat ini Dusun Krajan dipimpin oleh bapak Hari Prabowo selaku Kepala Dusun, dengan luas wilayah 84,18 Ha dan jumlah penduduk 428 jiwa menjadikan dusun krajan sebagai Dusun dengan jumlah penduduk terbanyak di Desa Kendal. Letak dari dusun krajan yang paling dekat dengan pusat kecamatan punung menjadikan dusun ini memiliki banyak UMKM yang usaha kuliner
Dusun Gunung Semut
Dusun Gunung Semut memiliki sejarah yang tak lepas dari perjalanan Kyai Mojo, seorang punggawa Kerajaan Majapahit yang diutus oleh Prabu Brawijaya untuk mencari pangeran dan putri kerajaan. Dalam usahanya menelusuri jejak mereka, Kyai Mojo mendapatkan petunjuk dari seorang warga yang mengaku pernah melihat putra-putri raja naik ke sebuah bukit kecil di sebelah selatan sawah. Dengan penuh harapan, Kyai Mojo menaiki bukit tersebut. Namun, alih-alih menemukan sang pangeran dan putri, ia justru dikejutkan oleh banyaknya tumpukan rumah semut yang tampak aneh dan unik. Pemandangan tersebut begitu berkesan hingga akhirnya daerah tersebut diberi nama Dusun Gunung Semut, sebagai pengingat akan peristiwa yang pernah terjadi di sana.
Persawahan Dusun Gunung Semut
Pembagian Administrasi Dusun Gunung Semut
Dusun Gunung Semut saat ini dipimpin oleh Bapak Aldian Haryotiarko selaku kepala dusun, dengan luas wilayah sebesar 105,96 Ha dan jumlah penduduk 409 Jiwa. Terdapat unsur toponim yang unik di Dusun Gunung Semut dimana warga menyebut wilayah RT setempat dengan istilah tertentu bukan penamaan RT pada umumnya seperti Kulon Gunung untuk wilayah RT 01 RW 04 yang berarti wilayah tersebut terletak di barat gunung, lalu ada RT 02 RW 03 atau Wetan Gunung yang berarti wilayah tersebut terletak di timur gunung, untuk wilayah RT 01 RW 03 warga setempat menyebutnya dengan "tukluk" yang menandakan wilayah tersebut memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya kemudian yang terakhir ada wilayah RT 02 RW 04 atau "banteng" karena konon dahulu ditempat tersebut terdapat banyak binatang banteng
Drone View Dusun Ngaritan
Dusun Ngaritan
Dusun Ngaritan memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan perjalanan Kyai Mojo, seorang punggawa Kerajaan Majapahit yang diutus oleh Prabu Brawijaya untuk mencari pangeran dan putri kerajaan. Demi menjalankan misinya, Kyai Mojo pernah menyamar sebagai petani dan menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, sementara kuda tunggangannya ia titipkan kepada warga setempat. Suatu hari, dalam perjalanannya, ia tiba di sebuah hamparan luas yang dipenuhi rerumputan hijau. Pemandangan itu segera mengingatkannya pada kuda yang ia tinggalkan di kampung sebelah. Ia pun meminta seorang warga untuk mengambilkan rumput sebagai pakan kuda tersebut. Dalam bahasa Jawa, kegiatan mencari rumput untuk ternak disebut "ngarit." Sejak saat itu, daerah yang menjadi tempat Kyai Mojo mencari rumput dikenang dengan nama Dusun Ngaritan, sebagai jejak kisah perjalanan sang punggawa dan peristiwa bersejarah yang menyertainya.
Kegiatan Warga Ngaritan
Saat ini Dusun Ngaritan dipimpin oleh Bapak Turmudi selaku Kepala Dusun, dengan luas wilayah terbesar se Desa Kendal yaitu 166,94 Ha dan jumlah penduduk 263 jiwa yang terbagi ke dalam 2 RW dan 4 RT. diwilayah dusun ngaritan ini juga terdapat sebuah telaga yang bernama Telaga Guyang Warak adalah sebuah lekuk dolina yang terisi air dan tetap bertahan sepanjang tahun, menjadikannya salah satu telaga karst yang tak pernah mengering. Ratusan ribu tahun yang lalu, telaga ini menjadi tempat berkumpul dan mandi bagi badak, salah satu hewan vertebrata yang dulunya hidup di kawasan Gunung Sewu tetapi kini telah punah. Nama Guyang Warak sendiri berasal dari peristiwa bersejarah tersebut. Dalam bahasa Jawa, guyang berarti menyiram atau mandi, sementara warak berarti badak. Oleh karena itu, telaga ini diberi nama Guyang Warak sebagai pengingat akan masa lalu, ketika masih menjadi habitat alami bagi badak yang pernah menjelajahi wilayah tersebut.
Telaga Guyang Warak
Drone View Dusun Padangan
Dusun Padangan
Dusun Padangan mendapatkan namanya dari kisah perjalanan Kyai Mojo, seorang punggawa Kerajaan Majapahit yang diutus oleh Prabu Brawijaya untuk mencari pangeran dan putri kerajaan yang melarikan diri. Setelah berkali-kali melakukan pencarian tanpa hasil, Kyai Mojo memutuskan untuk mengubah arah perjalanannya ke barat. Namun, agar keberadaannya tidak diketahui oleh putra-putri raja yang dicarinya, ia memilih untuk melakukan perjalanan pada malam hari. Ketika malam berganti pagi, Kyai Mojo tiba di ujung barat kampung tepat saat matahari mulai bersinar. Dalam bahasa Jawa, keadaan ketika sinar matahari telah tampak disebut kepadangen, yang berarti sudah terang atau kesiangan. Peristiwa inilah yang menginspirasi penamaan wilayah tersebut menjadi Dusun Padangan, sebagai pengingat akan jejak perjalanan Kyai Mojo dan momen penting yang terjadi di sana.
Perbatasan Desa Kendal di Dusun Padangan
Saat ini Dusun Padangan dipimpin oleh Bapak Kartenen selaku kepala dusun dengan luas wilayah 47,02 dan jumlah penduduk 137 jiwa menjadikan Dusun Padangan sebagai Dusun dengan wilayah terkecil dan penduduk terkecil se Desa Kendal. Dusun Padangan juga merupakan dusun paling Barat dari Desa Kendal dan berbatasan dengan 3 desa yaitu Mantren di utara, Wareng di barat dan piton di selatan